Senin, 19 Mei 2025

Maksum Sang Programmer: Ketika Kode Error Membawanya ke Filsafat Existensial

Maksum Sang Programmer: Ketika Kode Error Membawanya ke Filsafat Existensial


Nama Lengkap: Muhammad Maksum

Pekerjaan: Web Developer (seharusnya)

Hobi: Debugging, merenungkan arti "undefined", dan bertanya "apakah hidup ini cuma stack overflow?"


Bab 1: Awal Mula yang Tidak Terduga


Maksum, seorang web developer yang biasa-biasa saja, tiba-tiba menemukan dirinya terjebak dalam krisis eksistensial setelah mengalami error di kode JavaScript-nya untuk ke-100 kalinya.


"SyntaxError: Unexpected token ‘;’"


Maksum memandang layar kosong. "Apa arti hidup ini? Mengapa ‘;’ selalu tak terduga? Apakah ini takdir atau hanya bug semata?"


Sejak saat itu, karir programming-nya berbelok arah menjadi perjalanan spiritual mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti:


"Jika backend tidak merespons, apakah API itu benar-benar ada?"



"Apakah ‘null’ adalah ketiadaan yang sejati, atau hanya ilusi dari programmer yang lupa assign value?"


Bab 2: Ketika Bug Menjadi Inspirasi Filsafat


Suatu hari, Maksum menemukan bug aneh: "Program berjalan lancar di localhost, tapi error di production."


Dia pun merenung:


"Ini seperti manusia. Di lingkungan aman (localhost), kita terlihat sempurna. Tapi begitu masuk dunia nyata (production), semua error muncul. Apakah kita hanya kumpulan bug yang belum ketahuan?"


Teman kerjanya, Andi, hanya menggeleng:


"Maksum, lu cuma perlu restart server. Bukan bikin quote Instagram."


Bab 3: Maksum vs. Stack Overflow


Maksum mulai menganggap Stack Overflow sebagai kitab suci.


"Di sini, para programmer bertanya, menjawab, dan… terkadang tersesat dalam debat ‘tabs vs spaces’."


Dia menulis di blog pribadinya:


"Stack Overflow adalah metafora kehidupan. Kita datang dengan pertanyaan, dapat jawaban, tapi ujung-ujungnya tetap harus solve problem sendiri. Juga, karma points itu seperti pahala—diperjuangkan, tapi nggak bisa dibawa mati."


Bab 4: Kesadaran Puncak – "The Merge Conflict"


Puncak pencerahan Maksum terjadi saat mengalami merge conflict di Git:


"Lihat! Dua versi kode berusaha menyatu, tapi saling bertentangan. Ini seperti pertarungan antara ‘aku yang ingin produktif’ dan ‘aku yang ingin rebahan’. Mana yang akan menang? Atau perlu ‘git rebase’ kehidupan?"


Andi, lagi-lagi, mencoba menenangkan:


"Maksum, lu cuma perlu pilih salah satu perubahan. Nggak usah dibikin TED Talk."


Bab 5: Legacy Code dan Makna Kehidupan


Maksum akhirnya sadar setelah bekerja dengan legacy code (kode warisan yang tidak ada yang paham):


"Legacy code itu seperti dosa turunan. Kita tidak tahu siapa yang memulai, tapi sekarang kitalah yang harus memperbaikinya. Tapi, apakah kita akan meninggalkan ‘legacy’ yang lebih baik? Atau hanya menambah tech debt untuk generasi berikutnya?"


Dia menutup laptopnya, mengambil secangkir kopi, dan tersenyum:


"Hidup ini seperti kode. Ada yang clean, ada yang spaghetti. Yang penting, jangan sampai ‘undefined’."


Epilog: Maksum Kini


Sekarang, Maksum masih menjadi programmer—tapi dengan blog filsafat-tech yang dibaca 5 orang (termasuk mamanya).


Karyanya yang terkenal:


  • "404: Meaning Not Found" (Buku tentang pencarian jati diri melalui error message).


  • "From Python to Plato" (Kumpulan refleksi coding sebagai analogi kehidupan).


#LessonsLearned:


Programming bisa bikin kamu kaya. Atau bikin kamu jadi filsuf gadungan. Pilih sendiri!


"Debugging adalah meditasi modern. Kita mencari kesalahan, bukan untuk menyalahkan, tapi untuk memperbaiki." – Maksum, probably.


"Hidup ini seperti kode yang belum di-optimize: berat, berantakan, tapi suatu saat bisa running lebih baik." – Maksum, sambil nangis pas kena error 401 (Unauthorized). 


Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search